Hidrolisis Garam




A.    Latar Belakang
Kita mengetahui bahwa dalam kegiatan pembelajaran Kimia, tentunya juga kita berkecimpung dalam teori dan penerapan asam dan basa. Dimana asam dan basa ini selalu berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Asam  merupakan suatu zat yang penting dalam kehidupan kita. Banyak kejadian di sekitar kita, bahkan di dalam tubuh kita yang melibatkan zat asam, baik melepas maupun memerlukan. Proses pencernaan, dan memasak adalah contoh kejadian yang melibatkan asam dan basa.
Dalam praktikum yang telah kita lakukan, kita meneliti kandungan asam dan basa yang ada dalam zat-zat kimia yang diperkirakan mengandung asam  dan basa menggunakan indikator kertas lakmus.
Zat Asam adalah suatu zat yang mempunyai indikator pH kurang dari 7, akan berwarna merah pada lakmus merah dan biru, dan mempunyai rasa masam. Sedangkan zat Basa adalah suatu zat yang mempunyai indikator pH lebih besar dari 7, akan berwarna biru pada lakmus merah dan biru, dan mempunyai rasa yang pahit.
B.     Tujuan
Mengamati sifat asam/basa beberapa larutan garam.


BAB II
DASAR TEORI

Sekitar tahun 1800, banyak kimiawan Prancis termasuk Antoine Lavoisier secara keliru berkeyakinan bahwa semua asam mengandung oksigen. Lavoisier mendefinisikan asam sebagai zat mengandung oksigen karena pengetahuannya akan asam kuat hanya terbatas pada asam-asam okso dan karena is tidak mengetahui komposisi sesungguhnya dari asamasam halida, HCI, HBr, dan HI.
Lavoisier-lah yang memberi nama oksigen dari dua kata bahasa Yunani yaitu oxus (asam) dan gennan (menghasilkan) yang berarti “penghasil/pembentuk asam”. Setelah unsur klorin, bromin, dan iodin teridentifikasi dan ketiadaan oksigen dalam asam-asam halida ditemukan oleh Sir Humphry Davy pada tahun 1810, definisi oleh Lavoisier tersebut kemudian ditinggalkan. Kimiawan Inggris pada waktu itu, termasuk Humphry Davy berkeyakinan bahwa semua asam mengandung hidrogen. Setelah itu pada tahun 1884, ahli kimia Swedia yang bernama Svante August Arrhenius dengan menggunakan landasan ini, mengemukakan teori ion dan kemudian merumuskan pengertian asam.
Basa dapat dikatakan sebagai lawan dari asam. Jika asam dicampur dengan basa, maka kedua zat itu saling menetralkan sehingga sifat asam dan basa dihilangkan.
Pengertian Hidrolisis

Hidrolisis berasal dari kata hidro yaitu air dan lisis berarti penguraian, berarti hidrolisis garam adalah penguraian garam oleh air yang menghasilkan asam dan basanya kembali.
Jika suatu garam dilarutkan kedalam air, maka ada dua kemungkinan yang dapat terjadi, yaitu:
  1. Jika ion-ion yang berasal dari asam kuat (misalnya Cl-, NO3-, SO42-) atau berasal dari basa kuat (misalnya Na+, K+, Ba2+) tidak bereaksi dengan air, maka tidak terhidrolisis, sebab ion-ionnya tidak dapat membentuk asam dan basa kembali.
Contoh : NaOH(aq) + HCl (aq)     →        NaCl(aq) + H2O(l)

  1. Jika ion-ionnya berasal dari asam lemah (misalnya CH3COO-, S2-, CN-)  atau berasal dari basa lemah (misalnya:NH4+, Cu2+) akan bereaksi dengan air. Reaksi suatu ion dengan air, disebut reaksi hidrolisis, sebab ion-ionnya dapat membentuk asam dan basa.
Contoh :          NH4OH +HCl   ↔ NH4Cl + H2O
CH3COOH + NaOH   ↔ CH3COONa + H2O

Ada dua macam  hidrolisis, yaitu: 
1.      Hidrolisis parsial/sebagian (jika garamnya berasal dari asam lemah dan basa kuat atau sebaliknya & pada hidrolisis sebagian  hanya salah satu ion saja yang mengalami reaksi hidrolisis, yang lainnya tidak).
2.      Hidrolisis total (jika garamnya berasal dari asam lemah dan basa lemah).

a.      Garam yang Menghasilkan Larutan Netral
Memang benar pada umumnya bahwa garam yang mengandung ion logam alkali atau ion logam alkali tanah (kecuali Be2+) dan basa konjugat suatu asamkuat (misalnya, Cl-, Br-, dan NO3-) tidak mengalami hidrolisis dalam jumlah banyak, dan larutannya dianggap netral. Misalnya, bila NaNO3, suatu garam yang terbentuk oleh reaksi NaOH dengan HNO3, larut dalam air, garam ini terurai sempurna menjadi:
NaNO3(s) + H2O
Na+(aq) + NO3-(aq)
Ion Na+ terhidrasi tidak memberikan ataupun tidak juga menerima ion H+. ion NO3- adalah basa konjugat dari asam kuat HNO3 dan tidak memiliki afinitas untuk ion H+. Akibatnya, suatu larutan yang mengandung ion Na+ dan NO3- akan netral, dengan pH 7.

b.      Garam yang Menghasilkan Larutan Basa
Penguraian natrium asetat (CH3COONa) dalam air menghasilkan
CH3COONa(s) + H2O
Na+(aq) + CH3COO(aq)
Ion Na+ yang terhidrolisis tidak memiliki sifat asam ataupun basa. Namun ion asetat CH3COO- adalah basa konjugat dari asam lemah CH3COOH dan dengan demikian memiliki afinitas untuk ion . Reaksi hidrolisisnya sebagai :
CH3COO-(aq) + H2O CH3COOH(aq) + OH-(aq)
Karena reaksi ini menghasilkan ion OH-, larutan natrium asetat akan bersifat basa. Konstanta kesetimbangan untuk reaksi hidrolisis ini adalah persamaan konstanta ionisasi basa untuk CH3COO-, sehingga kita tuliskan
Kb = 5,6 x 10-10
Penentuan pH
1)      Untuk garam yang memiliki satu anion, seperti CH3COONa, berlaku : 
CH3COONa CH3COO-(aq) + Na+(aq)
Reaksi hidrolisis CH3COO- dari garam CH3COONa sebagai berikut:
CH3COO- + H2O
CH3COOH + OH-
Konstanta kesetimbangan reaksi hidrolisis disebut konstanta hidrolisis yang dinotasikan dengan Kh.
Oleh karena [CH3COOH] selalu sama dengan [OH-], maka
[OH-]2 = Kh x CH3COO-
[CH3COO-] = [CH3COONa] = [garam] = Cg
maka,
Selanjutnya, harga tetapan hidrolisis Kh dapat dikaitkan dengan tetapan ionisasi asam lemah Ka dan tetapan kesetimbangan air Kw
 sehingga
Keterangan :
Kh             : harga tetapan hidrolisis 
Ka             : tetapan ionisasi asam lemah 
Kw                        : tetapan kesetimbangan air 

2)      Untuk garam yang memiliki dua anion,seperti (CH3COO)2Ba, berlaku:
(CH3COO)2Ba 2 CH3COO-(aq) + Ba2+(aq)
[CH3COO-] = 2 x [(CH3COO)2Ba] = 2 x  [garam] = 2 x Cg
Selanjutnya, harga tetapan hidrolisis Kh dapat dikaitkan dengan tetapan ionisasi asam lemah Ka dan tetapan kesetimbangan air Kw.
Sehingga,
Keterangan :
Kh             : harga tetapan hidrolisis 
Ka             : tetapan ionisasi asam lemah 
Kw                        : tetapan kesetimbangan air 
c.       Garam yang Menghasilkan Larutan Asam
Ketika garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah larut dalam air, larutannya menjadi larutan asam. Sebagai contoh, lihat proses
NH4Cl(s) + H2O
 NH4(aq) + Cl-(aq)
Ion Cl- tidak mempunyai afinitas untuk ion H+. Ion ammonium  NH4+ adalah asam konjugat lemah dari basa lemah NH3 dan terionisasi sebagai :
NH4+(aq) + H2O(l)  NH3(aq) + H3O+(aq)
atau sederhananya :
NH4+(aq)  NH3(aq) + H+(aq)
Karena reaksi ini menghasilkan ion , pH larutan menurun. Seperti dilihat pada hidrolisis ion sama dengan ionisasi . Konstanta kesetimbangan (atau konstanta ionisasi) untuk proses ini adalah
Kb = 5,6 x 10-10
pH = -log [H+]

Penentuan pH
Contoh larutan garam yang bersifat asam adalah NH4Cl, NH4Br, (NH4)2SO4. 
1)      Untuk garam yang memiliki satu kation, seperti NH4Cl, NH4Br, berlaku: 
NH4Cl NH4+ + Cl-
reaksi hidrolisis sebagai berikut :
NH4+(aq) +H2O(l) NH4OH(aq) + H+(aq)
Tetapan kesetimbangan dari reaksi hidrolisis disebut tetapan hidrolisis dan dilambangkan dengan Kh. 
Kh= [NH4OH][ H+]  : [NH4+]
[H2O] diabaikan karena jumlah H2O yang bereaksi jauh lebih kecil daripada H2O yang berperan sebagai pelarut.
[NH4OH] selalu sama dengan [H+] sehingga 
[NH4+] = [garam] = Cg
maka
Selanjutnya, harga tetapan hidrolisis Kh dapat dikaitkan dengan tetapan ionisasi basa lemah Ka dan tetapan kesetimbangan air Kw
  Kh = KW : Kb
Sehingga,
Keterangan :
Kh             : harga tetapan hidrolisis 
Kb             : tetapan ionisasi basa lemah 
Kw                        : tetapan kesetimbangan air 
2)      Untuk garam yang memiliki dua kation,seperti (NH4)2SO4, berlaku:
(NH4)2SO4 2NH4+(aq) + SO42-(aq)
[NH4+]= 2 x [(NH4)2SO4] = 2 x  [garam] = 2 x Cg
Selanjutnya, harga tetapan hidrolisis Kh dapat dikaitkan dengan tetapan ionisasi basa lemah Ka dan tetapan kesetimbangan air Kw
Kh = KW : Kb
Sehingga,
Keterangan :
Kh             : harga tetapan hidrolisis 
Kb             : tetapan ionisasi basa lemah 
Kw                        : tetapan kesetimbangan air 

d.      Garam yang Kation Dan Anionnya Terhidrolisis
Untuk garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah, baik kation dan anionnya terhidrolisis. Namun, apakah larutan yang mengandung garam seperti itu bersifat asam, basa atau netral bergantung pada kekuatan relatif asam lemah atau basa lemah tersebut. Karena matematika yang berhubungan dengan jenis system ini agak rumit, hanya prediksi-prediksi kualitatif saja yang dibuat tentang larutannya.kita perhatikan tiga situasi:
  • Kb > Ka. Jika Kb untuk anion lebih besar daripada Ka untuk kation, maka larutan haruslah larutan basa karena anion akan terhidrolisis jauh lebih banyak daripada kation. Pada kesetimbangan, akan lebih banyak ion OH- dibandingkan ion H+.
  • Kb < Ka. Sebaliknya, jika Kb anion lebih kecil daripada Ka kation, larutan merupakan larutan asam karena hidrolisis kation akan lebih banyak daripada anion.
  • Ka ≈ Kb. Jika Ka kira-kira sama dengan Kb, larutan nyaris netral. Garam yang termasuk jenis ini antara lain : CH3COONH4, (NH4)2CO3. CH3COONH4 dalam air akan terionisasi sebagai berikut:              
CH3COONH4 CH3COO- + NH4+
Reaksi hidrolisis yang terjadi pada garam :
CH3COONH4 : CH3COO- + H2O CH3COOH + OH-             
NH4+(aq) + H2O(aq) NH3(aq) + H3O+(aq)
Pada hasil reaksi terdapat ion OH- dan H+. Jadi garam ini mungkin bersifat basa, asam, atau netral. pH larutan garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah secara kuantitatif sukar dikaitkan dengan harga Ka dan Kb maupun dengan konsentrasi garam. pH larutan hanya dapat ditentukan secara tepat melalui pengukuran. Untuk menentukan [H+] garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah tentukan dahulu hargaKh. Ket:Kh: harga tetapan hidrolisis Ka: tetapan ionisasi asam lemah Kb: tetapan ionisasi basa lemah Kw: tetapan kesetimbangan air Tabel 1: Sifat Asam Basa dari Garam Jenis Garam Contoh Ion yang Mengalami Hidrolisis pH Larutan Kation dari basa kuat; anion dari asam kuat NaCl, KI, KNO3, RbBr, BaCL Tidak ada ≈ 7 Kation dari basa kuat; anion dari asam lemah CH3COONa, KNO2 Anion > 7
Kation dari basa lemah; anion dari asam kuat NH4Cl, NH4NO3 Kation < 7 Kation dari basa lemah; anion dari asam lemah NH4NO2, CH3COONH4, NH4CN Anion dan kation < 7 jika Kb < Ka ≈ 7 jika Kb ≈ Ka > 7 jika Kb > Ka
Kation kecil bermuaran tinggi; anion dari asam kuat Al(Cl3), Fe(NO3)3 Kation terhidrasi < 7.
TEORI ASAM-BASA
1.      Teori Asam-Basa Arrhenius
Menurut Arrhenius pada tahun 1903, asam adalah zat yang dalam air dapat menghasilkan ion hidrogen (atau ion hidronium, H3O+) sehingga dapat meningkatkan konsentrasi ion hidronium (H3O+).
Basa  adalah zat yang dalam air dapat menghasilkan ion hidroksida sehingga dapat meningkatkan konsentrasi ion hidroksida.
Reaksi keseluruhannya :
Secara umum :
Konsep asam basa Arrhenius terbatas hanya pada larutan air, sehingga tidak dapat diterapkan pada larutan non-air, fasa gas dan fasa padatan dimana tidak ada H+ dan OH-.

2.      Teori Bronsted dan Lowry
Di tahun 1923, kimiawan Denmark Johannes Nicolaus Bronsted (1879-1947) dan kimiawan Inggris Thomas Martin Lowry (1874-1936) secara independen mengusulkan teori asam basa baru, yang ternyata lebih umum.
asam: zat yang mendonorkan proton (H+) pada zat lain
basa : zat yang dapat menerima proton (H+) dari zat lain.
Berdasarkan teori ini, reaksi antara gas HCl dan NH3 dapat dijelaskan sebagai reaksi asam basa, yakni
HCl(g) + NH3(g) →NH4Cl(s)
simbol (g) dan (s) menyatakan zat berwujud gas dan padat. Hidrogen khlorida mendonorkan proton pada amonia dan berperan sebagai asam.
Menurut teori Bronsted dan Lowry, zat dapat berperan baik sebagai asam maupun basa. Bila zat tertentu lebih mudah melepas proton, zat ini akan berperan sebagai asam dan lawannya sebagai basa. Sebaliknya, bila zuatu zat lebih mudah menerima proton, zat ini akan berperan sebagai basa.
Dalam suatu larutan asam dalam air, air berperan sebagai basa.
HCl + H2O → Cl + H3O+
asam1+basa 2 → basa konjugat1+asam konjugat2
Basa konjugat dari suatu asam adalah spesi yang terbentuk ketika satu proton pindah dari asam tersebut.
Asam konjugat dari suatu basa adalah spesi yang terbentuk ketika satu proton ditambahkan ke basa tersebut.
Dalam reaksi di atas, perbedaan antara HCl dan Cl– adalah sebuah proton, dan perubahan antar keduanya adalah reversibel. Hubungan seperti ini disebut hubungan konjugat, dan pasangan HCl dan Cl– juga disebut sebagai pasangan asam-basa konjugat.
Larutan dalam air ion CO3 2– bersifat basa. Dalam reaksi antara ion CO32– dan H2O, yang pertama berperan sebagai basa dan yang kedua sebagai asam dan keduanya membentuk pasangan asam basa konjugat.
H2O + CO32– → OH + HCO3–
asam1+basa 2 → basa konjugat1+asam konjugat2
Zat disebut sebagai amfoter bila zat ini dapat berperan sebagai asam atau basa. Air adalah zat amfoter. Reaksi antara dua molekul air menghasilkan ion hidronium dan ion hidroksida
adalah contoh reaksi zat amfoter
H2O + H2O → OH + H3O+
asam1+basa 2 → basa konjugat1+asam konjugat2
Kekuatan Asam dan Basa
Pada dasarnya skala/tingkat keasaman suatu larutan bergantung pada konsentrasi ion H+ dalam larutan. Makin besar konsentrasi ion H+ makin asam larutan tersebut. Umumnya konsentrasi ion H+ sangat kecil, sehingga untuk menyederhanakan penulisan, seorang kimiawan dari Denmark bernama Sorrensen mengusulkan konsep pH untuk menyatakan konsentrasi ion H+. Nilai pH sama dengan negatif logaritma konsentrasi ion H+ dan secara matematika diungkapkan dengan persamaan :


1.      Derajat keasaman (pH)
Untuk air murni pada temperatur 25 °C :
[H+] = [OH-] = 10-7 mol/L
Sehingga pH air murni = – log 10-7 = 7.
Jika pH = 7, maka  larutan bersifat netral
Jika pH < 7, maka larutan bersifat asam
Jika pH > 7, maka larutan bersifat basa
Pada temperatur kamar : pKw = pH + pOH = 14

2.      Asam Kuat 
Disebut asam kuat karena zat terlarut dalam larutan ini mengion seluruhnya (α = 1). Untuk menyatakan derajat  keasamannya, dapat ditentukan langsung dari konsentrasi asamnya dengan melihat valensinya.

3.      Asam Lemah 
Disebut asam lemah karena zat terlarut dalam larutan ini tidak mengion seluruhnya,    α ≠ 1, (0 < α < 1). Penentuan besarnya derajat keasaman tidak dapat ditentukan langsung dari konsentrasi asam lemahnya (seperti halnya asam kuat). Penghitungan derajat keasaman dilakukan dengan menghitung konsentrasi [H+] terlebih dahulu dengan rumus :
di mana, Ca = konsentrasi asam lemah
Ka = tetapan ionisasi asam lemah

4.      Basa Kuat 
Disebut basa kuat karena zat terlarut dalam larutan ini mengion seluruhnya (α = 1). Pada penentuan derajat keasaman dari larutan basa terlebih dulu dihitung nilai pOH dari konsentrasi basanya.

5.      Basa lemah 
Disebut basa lemah karena zat terlarut dalam larutan ini tidak mengion seluruhnya,    α  ≠ 1, (0 <  α < 1). Penentuan besarnya konsentrasi OH- tidak dapat ditentukan langsung dari konsentrasi basa lemahnya (seperti halnya basa kuat), akan tetapi harus dihitung dengan menggunakan rumus :
di mana, Cb = konsentrasi basa lemah
Kb = tetapan ionisasi basa lemah
Asam dan Basa dapat Dibedakan dari Rasa dan Sentuhan 
Asam mempunyai rasa masam. Rasa masam yang kita kenal misalnya pada beberapa jenis makanan seperti jeruk, jus lemon, tomat, cuka, minuman ringan (soft drink) dan beberapa produk seperti sabun yang mengandung belerang dan air accu Sebaliknya, basa mempunyai rasa pahit. Tetapi, rasa sebaiknya jangan digunakan untuk menguji adanya asam dan basa, karena beberapa asam dan basa dapat mengakibatkan luka bakar dan merusak jaringan.
Seperti halnya rasa, sentuhan bukan merupakan cara yang aman untuk menguji basa, meskipun kita  telah terbiasa dengan sentuhan sabun saat mandi atau mencuci. Basa (seperti sabun) bersifat alkali, bereaksi dengan protein di dalam kulit sehingga sel-sel kulit akan mengalami pergantian. Reaksi ini merupakan bagian dari rasa licin yang diberikan oleh sabun, yang sama halnya dengan proses pembersihan dari produk pembersih saluran.
Asam dan Basa dalam Kehidupan
Beberapa Asam dan Basa Yang Telah Dikenal:
Asam merupakan kebutuhan industri yang vital. Empat macam asam yang paling penting dalam industri adalah asam sulfat, asam fosfat, asam nitrat dan asam klorida. Asam sulfat (H2SO4) merupakan cairan kental menyerupai oli. Umumnya asam sulfat digunakan dalam pembuatan pupuk, pengilangan minyak, pabrik baja, pabrik plastik, obat-obatan, pewarna, dan untuk pembuatan asam lainnya. Asam fosfat (H3PO4) digunakan untuk pembuatan pupuk dan deterjen. Namun, sangat  disayangkan bahwa fosfat dapat menyebabkan masalah pencemaran di danau-danau dan aliran sungai.
Asam nitrat (HNO3) banyak digunakan untuk pembuatan bahan peledak dan pupuk. Asam nitrat pekat merupakan cairan tidak berwarna yang dapat mengakibatkan luka bakar pada kulit manusia. Asam klorida (HCl) adalah gas yang tidak berwarna yang dilarutkan dalam air. Asap HCl  dan ion-ionnya yang terbentuk dalam larutan, keduanya berbahaya bagi jaringan tubuh manusia.
Dalam keadaan murni, pada umumnya basa berupa kristal padat. Beberapa produk rumah tangga yang mengandung basa, antara lain deodorant, antasid, dan sabun. Basa yang digunakan secara luas adalah kalsium hidroksida, Ca(OH)2 yang umumnya disebut soda kaustik suatu basa yang berupa  tepung kristal putih yang mudah larut dalam air. Basa yang paling banyak digunakan adalah amoniak. Amoniak merupakan gas tidak berwarna dengan bau yang sangat menyengat,  sehingga sangat mengganggu saluran pernafasan dan paru-paru bila gas terhirup. Amoniak digunakan sebagai pupuk, serta bahan pembuatan rayon, nilon dan asam nitrat.


A.    Alat dan Bahan
Alat:                                                                            Bahan:
1.      Pipet tetes                                                             1. Larutan Amonium Klorida 1 M
2.      Plat tetes                                                               2. Larutan Kalium Klorida 1 M
3.   Larutan Natrium Karbonat 1 M
4.   Larutan Amonium Sulfat 1 M
5.   Larutan Natrium Asetat 1 M
6.   Kertas lakmus merah dan biru


B.     Cara Kerja
1.   Memasukkan beberapa tetes larutan garam KCl ke dalam dua lekukan plat tetes.
2.   Memeriksa larutan KCl di dalam dua lekukan plat tetes masing-masing dengan lakmus merah dan lakmus biru.
3.   Mengamati perubahan warna kertas lakmus dan mencatat datanya.
4.   Melakukan langkah yang sama seperti di atas untuk larutan garam NH4Cl, CH3COONa, Na2CO3 dan (NH4)2SO4.

Waktu pelaksanaan     : Rabu, 4April 2013.
Tempat                        : Laboratorium Kimia SMA N 1 Jetis.


BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN

A.    Data Pengamatan

Larutan 1 M
Perubahan Warna Indikator

pH

Sifat Larutan
Lakmus Merah
Lakmus Biru
KCl
Merah
Biru
=7
Netral
NH4Cl
Merah
Merah
<7
Asam
CH3COONa
Biru
Biru
>7
Basa
Na2CO3
Biru
Biru
>7
Basa
(NH­­4)2SO4
Merah
Merah
<7
Asam
         Catatan: kolom pH diisi dengan =7, <7, atau >7.
B.     Pertanyaan
1.   Larutan garam manakah yang bersifat asam, basa dan netral?
2.   Tuliskan rumus asam dan basa pembentuk garam-garam tersebut dan kelompokkan ke dalam asam kuat dan basa kuat pada tabel!
3.   Buatlah kesimpulan dari hasil percobaan tentang larutan garam dalam air!

C.    Pembahasan
1.      Larutan yang bersifat asam, basa, dan netral:
·      Larutan yang bersifat asam: NH4Cl dan (NH4)2SO4.
·      Larutan yang bersifat basa: CH3COONa dan Na2CO3.
·      Larutan yang bersifat netral: KCl
2.      Tabel pengelompokan:


Larutan 1M
Basa Pembentuk
Asam Pembentuk
Sifat Larutan Garam
Rumus
Golongan
Rumus
Golongan
KCl
KOH
Basa Kuat
HCl
Asam Kuat
Netral
NH4Cl
NH3
Basa Lemah
HCl
Asam Kuat
Asam
CH3COONa
NaOH
Basa Kuat
CH3COOH
Asam Lemah
Basa
Na2CO3
NaOH
Basa Kuat
H2CO3
Asam Lemah
Basa
(NH4)2SO4
NH3
Basa Lemah
H2SO4
Asam Kuat
Asam
3.      Kesimpulan dari percobaan:
*      Apabila terbentuk garam dari larutan asam kuat dan basa kuat maka larutan garam bersifat netral.
*      Apabila terbentuk garam dari larutan asam kuat dan basa lemah maka larutan garam bersifat asam.
*      Apabila terbentuk garam dari larutan asam lemah dan basa kuat maka larutan garam bersifat basa.
*      Apabila kertas lakmus merah yang dicelupkan ke dalam larutan tetap merah dan kertas lakmus biru berubah menjadi merah maka larutan bersifat asam dan pH <7.
*      Apabila kertas lakmus merah yang dicelupkan ke dalam larutan tetap berwarna merah dan kertas lakmus biru tetap berwarna biru maka larutan bersifat netral dan pH =7.
*      Apabila kertas lakmus merah dicelupkan ke dalam larutan berubah menjadi biru dan kertas lakmjs biru tetap berwarna biru maka larutan bersifat basa dan pH >7.
Garam yang terbentuk dari Asam Kuat dan Basa Kuat

Larutan garam ini bersifat netral. Sebagai contoh, reaksi netralisasi antara KOH dan HCL menghasilkan garam KCl. Didalam air, KCl terionisasi sempurna menghasilkan ion K+ dan Cl-.

KOH (aq) + HCL (aq) → KCl (aq) + H2(l)
basa kuat + asam kuat             netral

KCl (aq) → K- (aq) + Cl(aq) 

Ion K- berasal dari basa kuat dan ion Cl- juga berasal dari asam kuat, jadi kedua ion tersebut merupakan asam dan basa Bronsted-Lowry lemah sehinga keduanya tidak bereaksi dalam air (tidak terhidrolisis). Oleh karena itu larutan bersifat netral atau pH = 7.

Garam yang terbentuk dari Asam Kuat dan Basa Lemah
                      
Larutan garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah ini bersifat asam. Sebagai contoh adalah NH4Cl, garam ini terbentuk dari hasil reaksi netralisasi antara NH3 dan HCl dan didalam air terionisasi sempurna menghasilkan ion NH4+ dan Cl-. Contoh lain yaitu (NH4)2SO4, garam ini terbentuk dari hasil reaksi netralisasi antara NH3 dan H dan didalam air terionisasi sempurna menghasilkan ion NH4+ dan SO42- .
NH4Cl
(NH4)2SO4
NH3 (aq)       + HCl (aq)           → NH4Cl (aq)
basa lemah +asam kuat               asam

NH4Cl (aq) → NH4+ (aq) + Cl- (aq)

NH3 (aq)       + H2SO4 (aq)      → (NH4)2SO4 (aq)
basa lemah +asam kuat            asam

(NH4)2SO4 (aq) → 2NH4+ (aq) + SO42- (aq)

Ion Clberasal dari asam kuat, merupakan Bronsted-Lowry lemah sehingga tidak bereaksi dengan air (tidak mampu menarik ion H+), sedangkan ion NH4+ berasal dari basa lemah, jadi merupakan asam Bronsted-Lowry kuat sehingga dapat bereaksi dengan air (terhidrolisis) atau memberikan ion H+ kepada air.

Ion SO42- berasal dari asam kuat, merupakan Bronsted-Lowry lemah sehingga tidak bereaksi dengan air (tidak mampu menarik ion H+), sedangkan ion NH4+ berasal dari basa lemah, jadi merupakan asam Bronsted-Lowry kuat sehingga dapat bereaksi dengan air (terhidrolisis) atau memberikan ion H+ kepada air.
                       
RH:
NH4+ (aq) + H2(l) ↔ NH3 (aq) + H3O+ (l)

RH:
NH4+ (aq) + H2(l) ↔ NH3 (aq) + H3O+ (l)


Garam yang terbentuk dari Asam Lemah dan Asam Kuat        
Larutan garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat ini bersifat basa sebagai contoh adalah NaCH3COO, garam ini terbentuk dari hasil reaksi netralisasi antara NaOH dan CH3COOH dan didalam air terionisasi sempurna menghasilkan ion Na2+ dan CH3COO-.

NaOH (aq)         + CH3COOH (aq)         → NaCH3COO (aq)      + H2(l)
Basa Kuat       +Asam Lemah                   Garam                   + Air

NaCH3COO (aq)           → Na+ (aq)  + CH3COO-(aq) 
H2O (l)                                  → H+(aq)   + OH-(aq) 

Rh:
CH3COOH (aq)             → H+ (aq) + CH3COO(aq)        
Ion CH3COOberasal dari asam lemah, jadi merupakan basa Bronsted-Lowry kuat sehingga dapat bereaksi dengan air (terhidrolisis) atau menarik ion H+, sedangakan ion Naberasal dari basa kuat, jadi merupakan asam Bronsted-LOwry lemah sehingga tidak dapat bereaksi dengan air (tidak dapat memberikan ion H+).

CH3COO- (aq) + H2(l) ↔ CH3COOH (aq) + OH- (aq)

Karena ion CH3COOdapat menarik/menerima ion H+ dari air dan membentuk ion OH- maka larutan menjadi bersifat BASA dan diketahui harga Kb (konstanta ionisasi basa) dari kesetimbangan diatas adalah 5,6 x 10 -10.

Garam yang terbentuk dari Asam Lemah dan Basa Lemah      
Larutan garam yang berasal dari asam lemah ini dapat bersifatAsam, Basa atau Netral. Ini bergantung pada kekuatan relatif asam atau basa dari garam yang terbentuk.

Untuk jenis garam ini baik kation maupun anion dapat bereaksi dalam air (terhidrolisis) maka garam ini dapat dikatakan dapat mengalami hidrolisis total. Sebagai contoh : garam NH4CH3COO. Dalam air garam ini terionisasi sempurna menjadi ion NH4dan CH3COO-. Baik ion NH4+ maupun ion CH3COO- berasal dari basa lemah dan asam lemah sehingga kedua ion tersebut berturut-turut sebagai asam dan basa Bronsted-Lowry yang kuat dan keduanya terhidrolisis.

NH4CH3COO (aq) → H4+ (aq) + CH3COO(aq)  
NH4+ (aq) + H2 (l) ↔ NH3 (aq) + H3+ (aq)

CH3COO- (aq) + H2(l) ↔ CH3COOH (aq) + OH- (aq)

Sifat larutan garam ini bergantung pada kekuatan relatif asam dan basa yang bersangkutan, jika Ka <>3COO-) akan terhidrolisis lebih banyak dan larutan akan bersifat basa ; jika Ka > Kb, maka kation (NH4+) yang terhidrolisis lebih banyak dan larutan bersifat asam. Sedangkan jika Ka = Kb, maka larutan akan bersifat netral.

Penentuan pH

Untuk dapat menentukan pH larutan garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah, secara kuantitatif sukar dikaitkan dengan harga Ka dan Kb maupun dengan konsentrasi garamnya. pH yang tepat hanya dapat ditentukan dengan cara pengukuran.
Namun pH larutan garam ini dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus.




A.    Kesimpulan
Dari percobaan di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Ø  Larutan garam bersifat asam apabila terbentuk dari asam kuat dan basa lemah dan mempunyai pH <7.
Ø  Larutan garam bersifat basa apabila terbentuk dari basa kuat dan asam lemah dan mempunyai pH >7.
Ø  Larutan garam bersifat netral apabila terbentuk dari asam kuat dan basa kuat dan mempunyai pH =7.
Ø  Larutan yang bersifat asam: NH4Cl dan (NH4)2SO4.
Ø  Larutan yang bersifat basa: CH3COONa dan Na2CO3.
Ø  Larutan yang bersifat netral: KCl.
Ø  Larutan garam yang bersifat netral apabila ditaruh kertas lakmus merah di dalamnya kertas lakmus merah tetap berwarna merah, begitu juga kertas lakmus biru.
Ø  Larutan garam yang bersifat asam apabila ditaruh kertas lakmus merah di dalamnya kertas lakmus merah tetap berwarna merah dan apabila ditaruh kertas lakmus merah di dalamnya kertas lakmus biru akan berubah menjadi merah.
Ø  Larutan garam yang bersifat basa apabila ditaruh kertas lakmus merah di dalamnya kertas lakmus merah akan berubah menjadi biru dan apabila ditaruh kertas lakmus biru di dalamnya kertas lakmus biru tetap berwarna biru.
B.     Saran
*      Saat melakukan percobaan dibutuhkan ketelitian dan kesabaran agar diperoleh hasil yang lebih baik lagi.
*      Setelah selesai prektikum diharapkan siswa mengembalikan alat yang telah digunakan seperti awal.
*      Dalam melakukan percobaan harus hati-hati.



Purba, Michael. 2007. KIMIA untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Sutarsa, Tatang et.al .1994 .Kimia 2 .Cetakan Pertama.Jakarta :Yudhistira. 

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright 2009 Color In My Life. All rights reserved.
Bread Machine Reviews | watch free movies online by Blogger Templates